Dagang dengan China, Indonesia Malah Tekor
JAKARTA - Perdagangan dengan China membuat Indonesia tekor atau defisit dalam hal ekspor impor. Porsi yang tidak seimbang, dan lebih menguntungkan bagi China.
Hal itu diungkapkan, Direktur Institute for Global and Strategies Studies UII Yogyakarta, Zulfikar Rachmat.
Dalam diskusi publik Universitas Paramadina bekerjasama dengan Institute for Global and Strategic Studies UII Yogyakarta, diungkapkan bahwa ekspor Indonesia ke China sebesar 37,4 miliar dolar Amerika Serikat, dan impor (dari China) total sebesar 41 miliar dolar Amerika Serikat.
Dari segi kesehatan, Zulfikar melihat ketergantungan Indonesia dengan China nampak semakin erat dalam kerjasama penanganan pandemi Covid-19.
\"Terlebih pada musim pandemi, China menjadi aktor tunggal dalam pemberian alat kesehatan dan obat-obatan terutama vaksin dalam proyek penanganan pandemi Covid-19,\" paparnya.
Namun yang paling disoroti Zulfikar adalah kerjasama ekonomi Indonesia-China yang semakin kentara bergantung \"nurut\" dengan disetujuinya pemberlakuan mata uang Yuan untuk transaksi di dalam negeri.
\"Indonesia terkesan telah semakin tergantung dengan China dalam hal ekonomi hingga akan diberlakukannya mata uang Yuan dalam transaksi ekonomi dalam negeri yang telah disetujui Bank Indonesia (BI),\" ungkap Zulfikar.
Menurutnya, disetujuinya pemberlakuan mata uang Yuan di dalam negeri justru akan meningkatkan risiko adanya devaluasi mata uang Yuan, sehingga produk-produk China yang masuk ke dalam negeri akan sangat murah.
\"Hal itu jelas akan semakin memojokkan produk-produk lokal. Selain itu risiko lain dari semakin bergantungnya Indonesia ke China adalah risiko terganggunya hubungan RI dengan Amerika Serikat,\" tukasnya.
Dalam kondisi yang seperti itu, Zulfikar menilai Indonesia dalam posisi bergaining yang lemah terhadap China. Karena bukan tidak mungkin, di dalam negeri bakal dibanjiri produk impor China, dan yang paling berbahaya akan menimbulkan sentimen anti China di masyarakat.
\"Untuk itu Indonesia harus memperjelas posisinya sebagai negara non blok dan dapat meningkatkan bargaining position-nya dalam bernegosiasi dengan China,\" tandasnya. (yud)
Baca juga:
- Benda Asing di Langit Bandung, UFO Konvoi?
- Cerita Lukman Sardi, Pulang Umrah Mantap Pindah ke Agama Kristen
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: